Oleh : I Gede Budi Adi Mahardika, S.Pd.H., M.Pd.

“Kalau mau tahu tentang harmoni dan keberagaman beragama di Indonesia datanglah ke Bali”, demikian jargon yang sering terlontar dari banyak pihak yang sudah mengenal kehidupan masyarakat. Memang Pulau Bali, sebagai salah satu provinsi di Indonesia, dikenal sebagai daerah yang memiliki keberagaman agama dan budaya yang sangat kaya. Tidak mengherankan apabila di Bali berdiri tempat-tempat ibadah dari semua agama yang diakui pemerintah. Hidup berdampingan secara harmonis antara komunitas Muslim, Kristen, dan Buddha adalah hal yang indah terjadi di Bali, walaupun mayoritas penduduk Bali menganut agama Hindu. Walaupun gesekan-gesekan kecil pernah terjadi di Bali karena hari raya yang bersamaan, namun belum pernah menimbulkan masalah berarti bagi kerukunan umat di Bali. Dari sinilah kemudian pentingnya pendidikan agama yang berlangsung di persekolahan atau pendidikan formal. Semua siswa dengan latar belakang agama yang berbeda mendapat pelayanan yang sama. Dalam hal guru misalnya. Bagi sekolah yang telah memenuhi syarat tertentu biasanya langsung diangkat guru agama baik oleh pemerintah maupun upaya sekolah lewat komite. Andaipun tidak mereka diberikan semacam modul untuk dipelajari di sekolah.

Pendidikan agama secara umum dan terkhusus di Bali berperan penting dalam menumbuhkan toleransi antarumat beragama. Melalui pendidikan agama, generasi muda di Bali diajarkan tentang nilai-nilai keagamaan yang universal, seperti kasih sayang, kejujuran, dan hormat terhadap orang lain. Pendidikan agama di Bali sangat kental dengan nilai budaya masyarakat setempat. Dan biasanya seluruh siswa dengan latar belakang agama berbeda ikut merayakan karena itu kegiatan budaya berkaitan dengan sejarah, filosofi, dan praktik agama-agama yang ada di Bali. Boleh dibilang toleransi, keterbukaan, dan saling menghargai keberagaman agama dan budaya di Bali telah menjadi contoh bagi masyarakat lain di Indonesia dan di dunia tentang bagaimana keberagaman agama dan budaya dapat menjadi kekuatan yang positif.

Memasuki bulan Ramadan, kegiatan pembelajaran di Denpasar dilaksanakan dengan sistem daring dan luring. Bagi umat Muslim, kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring mulai tanggal 27 Februari hingga 5 Maret 2025. Pembelajaran daring ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan jadwal ibadah puasa yang mengharuskan umat Muslim untuk lebih banyak berada di rumah selama bulan suci ini.
Untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran daring, sekolah-sekolah di Denpasar memanfaatkan WhatsApp Group sebagai sarana komunikasi utama antara guru dan siswa. Grup ini digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran, tugas, serta diskusi yang diperlukan dalam setiap mata pelajaran. Selain itu, video conference melalui Google Meet digunakan sebagai platform utama untuk pertemuan virtual antara guru dan siswa, yang memungkinkan pembelajaran interaktif meskipun dilakukan dari jarak jauh.
Sementara itu, bagi siswa yang beragama Hindu, Kristen, Buddha, dan Konghucu, kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara luring (luar jaringan) di sekolah. Hal ini dikarenakan mereka tidak terhalang oleh kewajiban ibadah puasa dan dapat mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah.
Dengan pembagian sistem pembelajaran ini, sekolah-sekolah di Denpasar berusaha untuk memastikan agar semua siswa tetap mendapatkan akses pembelajaran yang setara meskipun ada perbedaan dalam cara pelaksanaannya. Kegiatan daring memberi fleksibilitas bagi siswa yang beragama Islam untuk menjalankan ibadah puasa tanpa terganggu oleh kegiatan pembelajaran, sementara siswa dari agama lain tetap bisa melaksanakan pembelajaran di sekolah dengan cara yang aman.
Selain itu, kegiatan pembelajaran daring dan luring ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan digital para siswa, mengingat mereka terbiasa dengan penggunaan aplikasi seperti WhatsApp dan Google Meet untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran. Sementara itu, bagi siswa yang melaksanakan pembelajaran luring, mereka tetap dapat memanfaatkan suasana sekolah untuk berinteraksi langsung dengan teman-teman dan guru, yang dapat memperkaya pengalaman pembelajaran mereka.
Ke depan, diharapkan kegiatan pembelajaran seperti ini dapat dioptimalkan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih fleksibel dan adaptif sesuai dengan kebutuhan siswa di berbagai situasi, termasuk di bulan Ramadan. Dengan sistem pembelajaran yang terbagi antara daring dan luring, sekolah-sekolah di Denpasar juga dapat terus menjaga kualitas pendidikan serta memberikan perhatian kepada aspek spiritual dan kesehatan siswa selama bulan suci Ramadan.

Leave a Comment